Jakarta - Hadirnya Majapahit International Travel Fair 2019 menciptakan pariwisata kian bergairah. Bukan saja pariwisata Jawa Timur (Jatim), tetapi juga di Indonesia. Apalagi tahun ini, festival yang digelar 2-5 Mei 2019 tersebut mengangkat tema Explore Tourist Village. Sebuah tema sekaligus mendukung perkembangan desa wisata.
Menurut Kepala Bidang Pemasaran Area I Jawa Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Wawan Gunawan, ini ialah saatnya desa wisata tampil menjadi salah satu destinasi utama pariwisata Indonesia.
"Kita punya destinasi wisata luar biasa. Tapi di MITF 2019 kita fokus membangun wisata berbasis pedesaan. Sehingga desa wisata bisa menjadi global player. Potensi tersebut sangat besar," ujar Wawan dalam keterangannya, Sabtu (4/5/2019).
"Belum lagi keberadaan dana desa yang bisa dipakai untuk berbagi desa wisata. Dengan dana desa peluang pengembangan desa wisata semakin besar," ucapnya.
Wawan menyakini pengembangan desa wisata, menjadi stimulus positif pertumbuhan perekonomian pedesaan. Dengan itu akan ada peningkatan percepatan kesejahteraan masyarakat desa. Ingat pariwisata merupakan cara cepat meraup devisa. Maka dari itu pariwisata pun menjadi cara cepat membangun perekonomian desa.
Baca juga: Jelajah Destinasi Sejarah di Surabaya |
"Artinya multi player efeknya banyak. Di seluruh negara di dunia, devisa sektor riil akan tumbuh ketika sektor pariwisata tumbuh. Itu sudah terbukti. Di desa pun terang ini sanggup diterapkan," terangnya.
Contoh konkretnya ada di Banyuwangi. Saat ini Banyuwangi telah bermetamorfosis menjadi kekuatan gres pariwisata Indonesia. Hal tersebut diraih dengan wisata berbasis desa yang sekaligus menjadi alat pemerataan pembangunan.
Dengan konsep tersebut, masyarakat desa didorong sebagai pelaku dan bukan sebagai penonton semata. Banyak desa wisata di Banyuwangi yang berbasis adat, lahir dan muncul dari inisiatif masyarakat. Pemerintah hanya sebagai fasilitator.
"Jadilah desa wisata yang spektakuler. Desa wisata yang bisa mendatangkan ribuan orang, menggerakkan ekonomi rakyat secara langsung," papar Wawan.
Sementara itu, Kepala Disbudpar Jatim, Sinarto mengatakan, Jatim sangat serius berbagi desa wisata. Hal ini penting sebab di Jatim disparitias kemiskinan antara desa dan kota sangat lebar. Dengan desa wisata berarti mendorong tingkat perekonomian desa semakin cepat.
"Kemiskinan di kota 6,9 persen sedangkan kemiskinan di pedesaan 15,2 persen. Kalau ada basis ekonomi yang tumbuh di desa maka akan menjadi alat untuk peningkatan percepatan kesejahteraan masyarakat di desa," tegasnya.
Ketua Pelaksana Calender of Event 2019 Kemenpar Esthy Reko Astuti pun sependapat Menurutnya sangat sempurna MITF 2019 mengangkat desa wisata. Desa wisata sanggup menjadi unggulan pariwisa Indonesia. Pertumbuhannya sangat pesat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada 2018, Indonesia mempunyai 1.734 Desa Wisata. Angka ini meningkat 432 dibandingkan tahun 2014 sebanyak 1.302 Desa Wisata.
Selain itu, seluruh desa wisata yang tercatat merupakan desa yang perekonomiannya ditopang pribadi oleh sektor pariwisata. Dari persebarannya, desa wisata paling banyak berada di Jawa dan Bali, yaitu 857 desa, Sumatera 355 desa, Nusa Tenggara 189 desa, Sulawesi 119 desa, Kalimantan 117 desa, Papua 74 desa, dan Maluku 23 desa.
"Ini sesuai impian presiden. Ke depan pertumbuhan ekonomi tidak didasarkan pada sektor yang bergantung pada sumber daya alam, sebab akan habis. Banyak potensi desa, yang saya highlight mempunyai pariwisata yang luar biasa. Yang ada di MITF ini hanya sebagian kecil dari potensi tersebut," ujar Esthy yang juga Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural itu.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, pengembangan Desa Wisata akan menawarkan dampak positif bagi masyarakat. Apalagi, dana desa boleh dipergunakan untuk pariwisata semenjak September 2018 sampai tahun depan.
Ini akan semakin mempercepat laju pertumbuhan desa wisata. Sehingga desa wisata sanggup menjadi salah Satu penopang perkembangan pariwisata Indonesia. Imbasnya tentu peningkatan perekonomian masyarakat dari kepariwiasataan.
"Kementerian Desa Pengembangan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) sudah oke dana desa dipakai untuk kegiatan pariwisata. Kemendes mensyaratkan penggunaan dana desa untuk sektor wisata harus melalui tubuh perjuangan milik desa (bumdes). Tujuannya meningkatkan perekonomian masyarakat desa," terang Arief.
Selain dana desa, Arief juga menyebut pembiayaan untuk pengembangan obyek wisata bisa dari denah lain yakni melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pariwisata, Dana Reksa terutama untuk investasi besar, kegiatan kemitraan bina lingkungan BUMN, dan kredit akomodasi likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP).
"Kemenpar terus mendorong pengembangan desa wisata. Dengan pertolongan seluruh stakeholder saya yakin percepatan visa kita lakukan. Spiritnya Indonesia Incorporated. Bersatu memajukan pariwisata Indonesia. Kaprikornus dengan berwisata di desa wisata sama dengan membantu membangun perekonomian Indonesia semakin kuat," tegas Menteri asal Banyuwangi itu. Sumber detik.com
Posting Komentar