Moskow - Pesawat Sukhoi Superjet 100 terbakar ketika mendarat tak tepat di Bandara Sheremetyevo di Moskow. Ternyata pesawat ini punya catatan buruk.
Tragedi Sukhoi Superjet 100 milik maskapai nasional Rusia, Aeroflot pada Minggu pekan kemudian (5/5) memperburuk gambaran pesawat sukhoi di mata dunia. Dikumpulkan detikcom dari aneka macam sumber, Selasa (7/5) tercatat 41 korban jiwa dari peristiwa tersebut menyerupai diberitakan media NPR.
Musibah itu pun menciptakan publik bertanya-tanya. Pada akhirnya, catatan jelek terkait pesawat jenis Sukhoi yang awalnya didesain untuk kepentingan militer ini terkuak kembali.
Kemudian, lahirlah pesawat Sukhoi Superjet untuk penerbangan komersial. Ongkosnya pun lebih murah 15% dari pesawat bikinan Negeri Barat menyerupai diberitakan News Australia.
Di tahun 2008, Sukhoi Superjet pun melaksanakan ujicoba penerbangan pertamanya. Tak berapa lama, pesanan pun berdatangan baik dari bekas negara Soviet hingga Amerika dan Eropa. Sekitar 150 pesawat pun dijual ke luar Rusia.
Namun, ada sejumlah permasalahan internal yang mewarnai perjalanan Sukhoi Superjet 100. Di tahun 2007, sekitar 70 teknisi di pabrik Sukhoi di Siberia kedapatan menyuap petugas resmi untuk menggandakan sertifikat keabsahan mereka menyerupai diberitakan media Moscow Times.
Catatan jelek pesawat Sukhoi pun berlanjut pada 9 Mei 2012, di mana pesawat Sukhoi yang membawa beberapa perwakilan media Indonesia dan calon pembeli jatuh dan menewaskan 45 penumpang pesawat sehabis menabrak Gunung Salak di Bogor.
BACA JUGA: Fakta Sukhoi Superjet 100, Menabrak Gunung Salak dan Terbakar di Rusia
Setelahnya, pesawat Sukhoi Superjet juga sempat menabrak runway di Bandara Islandia ketika mendarat. Untung saja tak ada korban jiwa.
Dalam pengembangannya, tak sedikit juga maskapai dunia pemesan pesawat Sukhoi Superjet 100 yang rahasia merumahkan pesawatnya dari aktivitas operasionalnya dengan sejumlah alasan.
Adanya kegagalan pada bab stabilizer pesawat diketahui menciptakan maskapai bujet Meksiko, Intrajet, merumahkan setengah armada Sukhoinya di tahun 2017 kemudian menyerupai diberitakan Flight Global.
Ketidaktersediaan spare part hingga SDM andal untuk memperbaiki pesawat Sukhoi Superjet kian menambah masalah dari pesawat tersebut. Bahkan pihak maskapai Brussels Airlines yang juga menggunakan Sukhoi hingga mengeluh ke produsen akan manual pesawat yang tak dilansir tepat dari bahasa Rusia.
Pelan-pelan, Pemerintah Rusia kehilangan pembeli pesawat Sukhoi di luar negerinya alasannya aneka macam dilema tersebut. Hal itu diungkapkan oleh akademisi Triant Flouris dari Hellenic American University di Yunani.
"Pesawat Superjet tak begitu terkenal di luar Rusia. Mayoritas maskapai yang menerbangkan pesawat itu umumnya yang berada bersahabat Rusia," ujar Triant pada media Bloomberg.
Minat pasar untuk membeli pesawat Sukhoi Superjet 100 pun diprediksi kian redup paska peristiwa yang terjadi di Moskow kemarin. Terlebih ditambah dengan segala dilema teknis di atas. Sumber detik.com
Posting Komentar